Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Transisi Energi untuk Lawan Selimut Polusi dan Dukung Pemulihan Bumi

transisi energi selimut polusi

Transisi energi adalah sebuah tajuk yang sering digaungkan di era ini. Apalagi, ketika kita banyak mengangkat isu krisis iklim atau pemanasan global. Tapi, tahukah kamu apa sebenarnya transisi energi itu? Lalu, apakah kita bisa ikut campur tangan dalam transisi energi? 

Healing vs Polusi

Alam + langit bersih = Healing! 

Entah karena kepribadianku diidentifikasi sebagai ENFP atau karena berzodiak Cancer (atau mungkin tidak keduanya), aku sangat suka traveling. Maksudku, siapa yang enggak, sih? Kalau uang dan waktu ada, kita dengan senang hati akan melancong ke destinasi atau negara impian. Kebetulan, karena dulu aku nggak se-punya duit itu, aku mengakali hobiku traveling dengan ikut pecinta alam dan komunitas lingkungan. 

Berbagai gunung di Indonesia telah kusambangi bersama teman-teman pecinta alam, terutama saat SMA. Salah satu hal yang paling kusukai saat naik gunung, selain hutan rimbun dan Indomie yang dimasak saat udara membeku, adalah langit biru. Ya, sebagai warga Jakarta, langit biru brilian adalah sebuah hal langka. Di gunung atau bentang alam lain, aku bisa menikmatinya dengan bebas. 

Setelah lama tidak traveling karena bergumul dengan skripsi dan berbagai kejadian yang agak merepotkan, akhirnya aku berkesempatan pergi ke Bali di bulan Agustus lalu. Thank God for that opportunity! Bersama enam orang teman circle kuliah, aku berangkat untuk melakukan budget trip ke Bali. Saat kubilang budget trip, benar-benar budget, kok! Walaupun memang di Instagram kami memajang foto pizza dan es kelapa segar, seafood menggugah selera, serta makanan Western berlatarkan Gunung Batur. Namun, bukan cerita tentang perjalanan ke Bali yang akan kuangkat sekarang.

Aku menyadari bahwa langit Bali terlihat cerah dan brilian dalam perjalanan kami. Biru terang, tanpa adanya kabut yang mengudara tanpa peduli waktu. Oleh karena itu, kami berhasil menangkap foto-foto mempesona dan cerah. Bahkan, kami juga berkesempatan menangkap langit senja yang luar biasa. Lagi-lagi, tanpa adanya selimut polusi.


Siapa sih yang mau kehilangan udara bersih dan alam yang indah kayak gini? 

Ah, jadi berpikir. Kalau kita mau healing, pastinya mengharapkan langit yang cerah dan udara bersih. Bisa dibilang, paru-paru juga butuh reset dari kehidupan sehari-hari yang penuh asap kendaraan atau freon AC. Alangkah senangnya jika bentang alam atau destinasi yang kita tuju memiliki kualitas udara yang baik serta langit biru yang indah. Nah, namun di sisi lain kita sangat sering mendengar tentang polusi udara dan perubahan iklim. Tak hanya di Jakarta, di berbagai kota lain di Indonesia pun kena. Rasanya mustahil untuk mewujudkan langit biru cerah sesuai impian kita yang pas untuk healing

Berita baiknya, kita masih punya kesempatan untuk mewujudkan langit biru yang bebas polusi. Yuk, kita tengok langkah-langkahnya!

Transisi Energi untuk Atasi Polusi

Salah satu solusi prioritas untuk cegah polusi dan melawan perubahan iklim adalah transisi energi. Bahkan, transisi energi menjadi topik bahasan utama dalam ajang G20. Yup, konferensi yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang di Bali merupakan ajang tingkat dunia untuk membahas beberapa masalah global. Tentu saja, perubahan iklim menjadi sorotan. Akan tetapi, G20 membahas solusi untuk perubahan iklim yang diwujudkan dalam transisi energi.

Jadi, apa sih transisi energi itu? Menurut IRENA, transisi energi merupakan suatu langkah untuk menggeser penggunaan energi fosil menuju penggunaan sumber energi yang lebih berkelanjutan. Transisi energi merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh seluruh dunia untuk mencegah kenaikan suhu bumi. Langkah ini sejalan dengan tujuan yang telah disepakati oleh 193 negara di dunia dalam Paris Agreement, dimana seluruh negara harus saling bahu-membahu dan mengusahakan agar suhu bumi tetap stabil di suhu 1.5 derajat. 

Selain itu, transisi energi merupakan langkah pemerintah Indonesia untuk mencapai penurunan emisi hingga 29% pada tahun 2030. Lalu, apa saja bentuk transisi energi yang sudah mulai dilakukan di Indonesia?

Ragam Transisi Energi di Indonesia 

Kita sudah mengenal masalah yang terjadi di bumi kita. Yup, polusi, pemanasan global, dan perubahan iklim. Kita juga sudah tahu transisi energi adalah bentuk usaha menanganinya. Nah, lalu apa saja bentuk transisi energi di Indonesia? Hal apa saja yang harus diubah agar polusi tidak bertambah banyak dan emisi karbon semakin ditekan? Dua hal ini menjadi sangat penting untuk transisi energi. 

1. Transportasi

Bahan bakar fosil yang digunakan untuk transportasi bikin sektor yang satu ini jadi penyumbang besar untuk perubahan iklim. Bahkan, Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat mengatakan bahwa sektor transportasi jadi penyumbang terbesar untuk emisi karbon, yakni sebesar 27%. Oleh karena itu, transportasi menjadi sektor yang sangat penting untuk diubah menjadi lebih hijau. 

Selain emisi karbon yang besar, sektor transportasi juga menghasilkan banyak polusi udara. Kita sering dengar tentang gas karbon monoksida, yakni gas hasil pembakaran minyak bumi yang beracun untuk tubuh manusia. Nggak usah jauh-jauh melihat monoksida, efek negatif dari transportasi bisa kita lihat secara kasat mata. Asap kendaraan yang ngebul hingga berwarna hitam, udara yang kotor setelah dilewati oleh kendaraan besar, dan sebagainya menjadi bukti bahwa penggunaan bahan bakar fosil berakibat buruk bagi lingkungan. Jadi, transisi energi di sektor transportasi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. 

2. Listrik 

Mustahil rasanya hidup tanpa listrik di era ini. Semua aktivitas kita, mulai dari yang sederhana sampai kompleks, membutuhkan bantuan listrik. Kita perlu lampu agar bisa beraktivitas di malam hari, kita perlu listrik untuk mengisi daya HP, memastikan kulkas tetap dingin agar makanan awet dan segar, hingga menonton serial drakor kesukaan di televisi. Tapi, tahu nggak sih listrik sumbernya dari apa? Saat ini, listrik merupakan hasil dari pembakaran batu bara. Lagi-lagi, batu bara adalah bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Bahkan, pada tahun 2020, sektor listrik menyumbang sebesar 27% emisi karbon di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia mengusahakan transisi energi di sektor listrik menjadi lebih ramah lingkungan dan rendah karbon. 

Sumber Energi Terbarukan di Indonesia

Sektor transportasi dan listrik sedang terus dikembangkan untuk diubah menjadi sektor yang lebih hijau. Nah, apa saja sih sumber energi terbarukan yang dipakai untuk transportasi dan listrik? Faktanya, Indonesia sudah cukup banyak berinovasi untuk transisi energi, lho! Inilah beberapa sumber energi terbarukan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia. 

1. Air

2. Angin/Bayu

3. Panas Bumi

4. Surya / Matahari

5. Biomassa

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Terlibat dalam Transisi Energi?

Setuju kalau transisi energi merupakan hal yang harus diprioritaskan? Nah sekarang, apa yang dapat kita lakukan untuk terlibat dalam usaha transisi energi? Sebenarnya cukup simpel. Ingat kalau usaha menjaga bumi tidak perlu dari hal-hal besar, tapi bisa mulai dari hal kecil dulu kan? Sama halnya dengan transisi energi. Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengawal bahkan mewujudkannya. 

1. Mengumpulkan Sampah Rumah Tangga untuk Bahan Bakar Non-Fosil

Kumpulin sampah rumah tangga saja bisa untuk dukung transisi energi? Hah, gimana tuh!

Nggak bohong! Cara mudah ini bisa kita lakukan untuk mewujudkan transisi energi dalam bentuk bahan bakar non-fosil. Faktanya, sampah rumah tangga yang bersifat organik, seperti bagian sayur yang terbuang, sisa buah-buahan, tulang ayam, hingga daun-daun layu, bisa jadi sumber bahan bakar. Bukan sulap bukan sihir! Saat sampah-sampah tersebut diproses secara khusus, seperti dengan fermentasi atau pengomposan, mereka bisa berubah menjadi bahan yang berguna dan ramah lingkungan.

Selain itu, tahu nggak kalau minyak jelantah adalah sebuah bahan yang sangat bermanfaat? Ups, nggak untuk menggoreng ulang tempe atau pisang goreng, ya! Minyak jelantah dapat digunakan untuk membuat biodiesel sebagai pengganti bahan bakar fosil. Mau tahu bagimana ceritanya minyak jelantah bisa jadi biodiesel? Cek artikel yang ini ya

2. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi adalah cara yang mudah sekaligus simpel untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Dengan tidak menggunakan kendaraan pribadi, kita tidak menyumbang polusi dan emisi karbon ke udara. Selain itu, kita juga bisa menghemat biaya bensin (apalagi mengingat harga bensin lagi naik ya, hehe..) untuk berpergian. Bisa dimulai dari hal yang kecil dulu kok, misalnya memilih jalan kaki untuk pergi ke tempat yang berjarak kurang dari dua kilometer ataupun memilih naik bus umum daripada memesan taksi online untuk tujuan yang berada dalam trayek. 

3. Menghemat Penggunaan Listrik

Menghemat listrik adalah solusi yang oke untuk mengurangi emisi karbon. Selain itu, hemat listrik adalah suatu hal yang mudah dilakukan. Mematikan lampu saat tidak diperlukan, memilih tidak menggunakan AC saat udara sedang dingin, mencabut charger handphone usai digunakan, hingga menggunakan lampu hemat energi. Cukup simpel dan dapat dilakukan di rumah, tapi pengaruhnya besar! 

4. Ceritakan Aksimu ke Sosial Media  

Jangan lupakan virus cinta lingkungan ke orang-orang di sekitar kita. Nah, cara yang paling mudah adalah melalui sosial media. Kita bisa mengunggah post, story, ataupun video mengenai aksi ataupun ajakan kita untuk menjaga lingkungan. Minimal, kita sudah berusaha untuk memberi tahu para followers tentang pentingnya menjaga bumi ini. Siapa tahu, ketika ada followers yang melihat post kita di sosial media, ia jadi ikutan beraksi untuk lingkungan. Wah, pasti menyenangkan! 

Dukung Transisi Energi, Lawan Selimut Polusi

Transisi energi merupakan hal yang penting untuk dilakukan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga seluruh dunia. Kita menginginkan bumi yang tetap hijau, perubahan iklim yang tidak memburuk, serta udara yang bersih. Dengan transisi energi, emisi karbon dan kadar polusi bisa berkurang. Penggunaan biodiesel untuk kendaraan serta pembangkit listrik yang bersumber dari energi alternatif memiliki jejak karbon yang lebih rendah, sekaligus menghasilkan sedikit bahkan nol residu.

Nah, kita pastinya juga mau agar langit biru dan udara bersih tetap tersedia. Apalagi buat kita yang suka healing - langit biru yang bikin rileks itu harus banget! Oleh karena itu, mari dukung transisi energi untuk lawan selimut polusi. 

Komentar