Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Ragam Kuliner Nusantara, Ragam Biodiversitas Negeri Kita



Mendengar adanya pameran makanan Nusantara di Yogyakarta, saya dan Rahma, teman sekampus, tak mau ketinggalan untuk segera meluncur kesana. Pameran yang ditata dengan cantik dan aesthetic tersebut berlalu-lalang di discover sosial media, membuat kita tak ingin ketinggalan dengan hype-nya. Pada hari terik di bulan Desember, kami bertolak kearah selatan Kota Yogyakarta untuk menyambangi pameran Upa Boga di Museum Sonobudoyo. 



Replika berbagai makanan utama, kudapan, teh, hingga rempah-rempahan menghiasi ruangan berwarna putih-kuning tersebut. Kudapan seperti getuk, lupis, kue putu, dadar gulung, dan sebagainya terpajang sebagai replika namun tetap mencolok dan menggiurkan. Sebagai ‘anak pangan’, saya tidak bisa tidak menghubungkan pajangan di pameran dengan materi yang saya terima di kelas. Saya belajar tentang rempah dan bumbu, yang begitu beragam hingga berbeda-beda tiap daerahnya. Saya teringat materi yang dibawakan oleh Murdijati Gardjito, professor pangan yang meneliti kuliner di Indonesia, serta buku-buku karya beliau yang terpajang di perpustakaan fakultas. Kuliner Nusantara itu begitu beragam dan punya keunikannya tersendiri. Bahkan, di Jawa Tengah dan Yogyakarta saja sudah ada ratusan jenis makanan dan minuman khas. 


Makanan dan minuman Indonesia sangat beragam. Nggak hanya makanan dan minuman jadi saja lho, bahan makanannya pun beragam! Misalnya, jenis kopi lokal yang bisa kita nikmati. Terdapat tiga spesies kopi yang dihasilkan di Indonesia, yaitu Arabika, Robusta, dan Liberika. Ketiga kopi tersebut punya cita rasa, aroma, hingga efek kesehatan yang berbeda-beda. Tapi, pernah nggak sih kalian mendengar tentang specialty coffee? Yup, kopi di setiap daerah di Indonesia beda-beda lagi! Nama kopi Lampung, Arabika Merapi, Mandailing, Yellow Catura, Flores Bajawa, Toraja, dan sebagainya mungkin tidak asing lagi bagi kita. Meskipun berasal dari spesies yang sama, kopi tersebut punya keunikannya sendiri akibat proses dan kondisi alam tempat tumbuhnya. Itu baru kopi saja, lho! Apakah kalian tahu jenis bahan makanan lain yang banyak banget jenisnya sampai kadang bikin bingung mau pilih yang mana? 

 Negeri Kita Kaya, Lho! Biodiversitasnya Tiga Besar Dunia


Ragam kuliner Nusantara berkaitan erat dengan keragaman negeri kita. Indonesia dikenal sebagai negara yang beranekaragam, mulai dari suku hingga kultur budaya. Selain kultur, Indonesia juga dianugerahi keanekaragaman dalam sumber daya alamnya. Aneka jenis flora, fauna, jamur, hingga mikroorganisme hidup dalam berbagai ekosistem di Indonesia. Keragaman sumber daya alam tersebut sering disebut sebagai keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Bahkan, saking banyak dan beragamnya sumber daya hayati di Indonesia, negara kita mendapat predikat Negara Megabiodiversitas.

Indonesia dikenal memiliki area hutan tropis yang sangat luas, penuh dengan keanekaragaman hewan, tumbuhan, dan spesies makhluk hidup lain yang tinggal disana. Bahkan, Indonesia memiliki wilayah hutan nomor tiga terbesar di dunia, setelah Brazil dan Kongo. Tak hanya hutan, Indonesia juga memiliki beragam ekosistem lain seperti lahan gambut, savanna, hutan pinus, sungai, hingga laut. Keberagaman ekosistem tersebut membuat Indonesia memiliki banyak sekali jenis tumbuhan dan hewan. Wajar saja jika Indonesia menduduki peringkat kedua untuk keanekaragaman hayati terbesar di dunia. 

Apakah biodiversitas di Indonesia mempengaruhi beranekaragamnya kuliner Nusantara? Tentu saja! Kita tahu bahwa berbagai daerah di Indonesia memiliki preferensi makanan pokoknya sendiri. Masyarakat di Pulau Jawa suka mengonsumsi beras, masyarakat di Maluku dan Papua mempunyai olahan singkong seperti papeda, masyarakat Sulawesi mengonsumsi jagung, hingga masyarakat di Nusa Tenggara memiliki sorgum. Biodiversitas Indonesia juga tercermin dari beragamnya cita rasa makanan di berbagai daerah. Sebagai contoh, makanan khas Sumatera Utara memiliki cita rasa yang tajam dan menggiurkan karena adanya bumbu bernama andaliman yang banyak tumbuh disana, sedangkan makanan khas Bali memiliki cita rasa gurih dan menyegarkan dengan adanya kecombrang, bawang merah, dan jeruk nipis. 

Selama ini, biodiversitas erat hubungannya dengan hewan langka ataupun tumbuhan eksotis di Indonesia. Siapa sangka bahwa biodiversitas juga tersaji dalam piring yang kita temui setiap harinya? Tanaman pangan di Indonesia pun sangat beragam, mulai dari sumber makanan pokok hingga sayuran, dapat kita temui di berbagai pulau di negara ini.

 Perubahan Iklim, Ancaman Besar Biodiversitas



Salah satu topik ‘panas’ yang sering dibicarakan, mulai dari forum internet hingga konferensi dunia, adalah perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan peristiwa meningkatnya suhu bumi serta perubahan jangka panjang pada iklim global yang diakibatkan oleh meningkatnya emisi gas karbondioksida dari aktivitas manusia. Bahkan, saat ini istilah ‘perubahan iklim’ digadang-gadang tidak lagi relevan, sehingga dipertegas dengan istilah ‘krisis iklim’. Hmm.. Mungkin kamu berpikir istilah tersebut sedikit lebay mengingat bumi kita nampak baik-baik saja saat ini, hanya tambah panas saja. Eits, tidak begitu lho! 

Emisi karbon yang dihasilkan manusia tidak hanya membuat bumi kian panas, tetapi juga mengakibatkan banyak efek negatif untuk bumi dan kehidupan manusia. Beberapa dampak dari krisis iklim yang kian ‘memanas’ saat ini adalah :

-       Perubahan Drastis pada Cuaca dan Curah Hujan

Sering mengalami cuaca yang berubah seenaknya? Misal, pas mau pergi keluar rumah tiba-tiba hujan turun deras. Setelah siap-siap jas hujan dan segala perlengkapan anti-air, eh hujannya malah berhenti. Hal sesimpel itu ternyata adalah akibat dari perubahan iklim, lho!

-       Peningkatan Suhu Bumi

Panas dan terik matahari yang bikin nggak tahan lama-lama di luar rumah merupakan efek dari perubahan iklim. Saat ini, suhu bumi telah meningkat 1.1oC dari suhu 200 tahun yang lalu. Peningkatan sekecil itu saja bisa membuat dampak yang sangat besar!

-       Makin Sering Terjadi Badai

Perubahan pada pola iklim dunia menyebabkan cuaca, iklim, dan air di atmosfer berubah dan mendorong terjadinya badai yang lebih sering dan ganas. Pernah dengan badai El Nino dan El Nina? Kedua badai tropis itu kian sering terjadi akibat perubahan iklim. 

-       Bencana Kekeringan

Perubahan iklim membuat pola cuaca dan curah hujan makin sulit diprediksi dan tidak teratur. Di Indonesia, musim pun mulai tidak tentu. Jika tadinya musim hujan jatuh di bulan Oktober – Februari, saat ini di bulan Juni saja bisa terjadi hujan. Nah, pola hujan yang tidak teratur itu bisa diikuti oleh kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan. Kasus kekeringan akibat perubahan iklim telah terjadi di beberapa negara Afrika, seperti Madagaskar. 

-       Berkembangnya Penyakit

Perubahan iklim membuat penyakit makin sulit untuk dikendalikan. Tindakan pencegahan penyakit menjadi sulit untuk dilakukan karena adanya pola iklim yang berubah. Contoh penyakit yang berkembang akibat perubahan iklim adalah malaria. 

-       Kehilangan Biodiversitas

Perubahan curah hujan, pola cuaca, terjadinya kekeringan, suhu yang kian panas, dan hal-hal negatif lain dari perubahan iklim membuat biodiversitas turut menurun. Suhu udara yang kian panas disertai hujan tak menentu memperbesar kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat menurunkan jumlah flora dan fauna secara drastis. Perubahan iklim juga mempengaruhi ekosistem bawah laut, dimana terjadi pemutihan koral akibat suhu air laut yang meningkat hingga peningkatan keasaman air laut (ocean acidification). Oleh karena itu, perubahan atau krisis iklim sangat penting untuk diatasi. Penurunan kualitas dan kuantitas biodiversitas dapat membawa dampak buruk untuk kehidupan manusia, salah satunya adalah kekurangan bahan makanan.

Serem Banget, Kehilangan Biodiversitas Dapat Membuat Kita Nggak Bisa Makan!

Keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita memiliki manfaat yang sangat besar untuk kehidupan manusia. Bisa dibilang kalau nggak ada biodiversitas, manusia nggak bisa hiduo dengan baik dan nyaman. Seperti yang sudah dibahas pada segmen di atas, biodiversitas dapat kita manfaatkan sebagai sumber makanan. Selain, itu masih banyak lagi manfaat biodiversitas untuk kehidupan kita, termasuk sebagai sumber obat-obatan, pakaian, perkembangan sains, hingga identitas budaya. 



Biodiversitas memiliki peran penting sebagai sumber makanan kita. Nah, sekarang coba bayangkan jika salah satu tanaman pangan yang sering kita konsumsi habis akibat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Misal, padi tidak dapat tumbuh lagi akibat kemarau panjang. Sedih sekali pastinya jika tidak bisa makan nasi akibat tanaman penghasilnya sudah tidak produktif lagi. 

Eits.. Tapi sekarang saja sudah banyak banget tanaman pangan yang langka akibat perubahan iklim dan kurang diminati. Nama-nama seperti kemang, menteng, atau gandaria lebih dikenal sebagai nama daerah daripada buah. Ya, buah-buahan tersebut kian jarang ditemui akibat tidak terdapat tempat yang cocok untuk membudidayakannya. Selain itu, ada tanaman pangan yang jadi komoditas favorit terancam punah akibat perubahan iklim. Bagi para penyuka kopi dan coklat, jangan panik ketika mendengar berita ini ya (termasuk saya, hehe)! Produktivitas tanaman kopi dan coklat mengalami penurunan akibat perubahan iklim. Suhu yang tidak lagi cocok, bertambahnya hama, perubahan komponen tanah, hingga perubahan curah hujan bisa menjadi faktor yang mendorong penurunan produktivitas. Duh, gimana ya.. Masa kita jadi nggak bisa makan coklat dan minum kopi karena perubahan iklim?



Perubahan iklim sangat mempengaruhi produktivitas agrikultur serta diversitas tanaman pangan. Kopi dan coklat tadi menjadi contoh nyata. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk ‘turun tangan’ dalam mengatasi perubahan iklim. Pastinya kita nggak mau kekurangan bahan makanan karena krisis iklim di bumi ini, bukan? Apa saja sih yang bisa dilakukan untuk menjaga biodiversitas dan ‘melawan’ perubahan iklim?

Lakukan Hal-Hal Sederhana Namun Berdampak untuk Bumi Kita 

Mau jaga biodiversitas di negeri kita atau melakukan sesuatu untuk perubahan iklim nggak usah ‘wow banget’ atau besar, kok! Tindakan kecil, namun kita lakukan dengan rutin dan secara masif, dapat membawa dampak yang besar untuk bumi kita. Tengok beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mulai peduli dengan bumi dan ikut serta menjaga biodiversitas. Yuk, beraksi biar makanan kita nggak punah!

1.     Jaga Keragaman Tanaman Pangan Indonesia dengan Mengonsumsi Pangan Lokal

Kita bisa menjaga biodiversitas pangan Indonesia dengan cara mengonsumsinya. Semakin besar tingkat konsumsi dan pilihan masyarakat terhadap bahan pangan lokal, semakin tinggi produksi pangan tersebut. Dengan kita mengonsumsi pangan lokal, kita juga bisa mendukung perkembangan pertanian sehingga plasma nutfah tanaman pangan terjaga serta produktivitasnya pun meningkat. Selain itu, konsumsi pangan lokal juga bisa mengurangi jejak karbon akibat proses distribusi jarak jauh. 

Jangan salah, pangan lokal Indonesia itu sangat beragam, rasanya lezat, dan bergizi tinggi! Contohnya adalah sorgum yang menjadi makanan pokok masyarakat Nusa Tenggara serta porang, bahan mie shirataki yang banyak tumbuh di Pulau Jawa. 

2.     Perhatikan Jejak Karbon dan Rantai Pasok dalam Memilih Makanan

Memilih bahan pangan yang diproduksi dari petani lokal atau berasal dari daerah dekat rumah merupakan pilihan yang bagus untuk mendukung mitigasi krisis iklim. 

3.     Menanam Tanaman Pangan di Rumah

Kegiatan bertanam di rumah menjadi hobi sekaligus alternatif healing untuk banyak orang saat ini. Selain menghijaukan rumah dan membuat rileks, tanaman juga dapat membantu kita untuk lebih mencintai alam. Merawat tanaman mampu mendorong rasa peduli pada lingkungan. Nah, bagaimana kalau kita mulai menanam tanaman pangan? Contoh, menanam sayuran hijau di hidroponik, menanam pohon buah lokal dengan metode tabulapot, hingga memelihara tumbuhan rempah di pot. Hal tersebut dapat mendukung adanya ketahanan pangan rumah tangga, lho!

4.     Habiskan Makananmu

Familiar dengan kalimat, "Habiskan nasinya, nanti nasinya nangis." Kalimat yang membuat anak kecil akhirnya mau menghabiskan makanan tersebut relevan untuk era saat ini dimana krisis iklim semakin marak. Makanan yang kita pilih atau ambil memang harus dihabiskan. Sampah makanan adalah salah satu kontributor utama untuk emisi karbon global. Jadi, menghabiskan makanan berarti kita mencegah terkumpulnya emisi karbon. Untuk tahu lebih banyak tentang sampah makanan, cek disini!

5.     Spread Awareness!

Sering nggak sih dengar istilah yang satu ini ketika main media sosial? Bahasa yang sering digunakan untuk gen Z ini memang relevan untuk menyuarakan isu ataupun suatu fenomena yang perlu kita setujui bersama. Spread awareness berarti membantu orang di sekitar kita untuk lebih peduli terhadap suatu isu dan melakukan aksi bersama-sama. Setuju nggak sih perubahan iklim dan biodiversitas merupakan isu yang perlu kita pahami bersama-sama? Oleh karena itu, yuk spread awareness! Kita bisa menggunakan sosial media untuk menyuarakan isu perubahan iklim. Kita juga bisa menularkan semangat dalam menjaga bumi, gaya hidup less waste, ataupun tindakan lain yang menjaga alam melalui sosial media. Menyenangkan bukan?

Penutup

Biodiversitas Indonesia yang sangat besar perlu untuk kita jaga dan lestarikan. Biodiversitas tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita, sehingga kehilangan biodiversitas juga berarti ancaman untuk kehidupan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai peduli terhadap bumi dan menjaga biodiversitas di Indonesia. Mulai dari hal yang sederhana dulu saja, lama-lama pasti kita akan makin sayang dengan bumi.


Yuk, ciptakan masa depan yang lebih hijau – sumber makanan beragam, flora dan fauna lestari, hutan terjaga, hingga tidak terjadi peningkatan suhu bumi lagi – untuk kebaikan kita bersama!

Komentar