Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Desa Nusantara: Masyarakat Lokal, Ekosistem, dan Asa Mencapai Sejahtera


Jika kita membicarakan tentang hal yang membanggakan dari Indonesia, kita tidak mungkin melupakan keberagaman. Negara dengan 17.000 pulau ini dianugerahi keberagaman dalam berbagai aspek. Mulai dari bentang alam hingga kebudayaan, Indonesia jauh dari kata monoton. Keberagaman suku, budaya, dan alam Indonesia merupakan hal penting yang harus kita jaga.

Salah satu pemegang peran terbesar untuk menjaga keberagaman Indonesia adalah masyarakat lokal. Setiap kelompok masyarakat, dengan kearifan lokal, kebudayaan, dan cara hidup masing-masing, akan berusaha mempertahankan apa yang menjadi milik mereka. Sebagian besar masyarakat lokal Indonesia masih melaksanakan praktik budaya dan kearifan lokal yang diturunkan secara turun-temurun oleh nenek moyang. 

Selain itu, masyarakat lokal Indonesia juga berperan penting dalam menjaga kelestarian alam. Berbekal rasa hormat dan usaha turun-temurun untuk menjaga alam, masyarakat lokal Indonesia merupakan salah satu agen utama untuk mitigasi perubahan iklim. Dalam artikel ini, kita akan menilik salah satu kelompok masyarakat lokal Indonesia yang berhasil menjaga lingkungan dan membangun kesejahteraan. Yuk, kita tengok kisah Desa Nusantara! 

Kisah Desa Nusantara 


Pada tahun 1981, pemerintah Indonesia menawarkan program transmigrasi. Sejumlah masyarakat dari pulau Jawa dengan antusias menyambut program tersebut dan diberangkatkan ke Kecamatan Air Sugihan, Sumatera Selatan. Mereka ditempatkan di sebuah desa yang dinamakan Desa Nusantara. 


Namun, keadaan Desa Nusantara jauh dari kata ‘baik’. Daerah tersebut terpencil dengan infrastruktur yang kurang memadai. Warga Desa Nusantara pun harus bergumul dengan wabah kolera pada tahun 1982 karena kekurangan air bersih dan makanan bergizi. Akhirnya, warga Desa Nusantara memutuskan untuk bertani dan membangun kemandirian pangannya sendiri. Usaha tersebut awalnya tidak berjalan mulus karena mereka harus menghadapi hama dan gagal panen. 


Akhirnya, Desa Nusantara berhasil menemukan titik balik. Mereka berhasil mengembangkan pertanian di lahan gambut. Namun, pada tahun 2005, sebuah perusahaan sawit mendapatkan izin untuk menggarap lahan sebesar 42 ha lahan yang mencakup 18 desa di Kecamatan Air Sugihan, termasuk Desa Nusantara. Hal ini tentunya merugikan bagi warga Desa Nusantara dan lingkungan, mengingat lahan gambut akan dibakar dan dialihfungsikan menjadi lahan sawit. 


Pada tahun 2010, warga Desa Nusantara membentuk Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB) untuk melawan perusahaan sawit dan mempertahankan lahan mereka. Mereka mendapatkan intimidasi dari kepolisian dan perusahaan sawit, namun FPNB berkembang semakin besar dan terus melawan. Perjuangan panjang dilalui oleh Desa Nusantara hingga tahun 2015. Akhirnya, tekanan pun berkurang pada tahun 2017. 


WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) merekomendasikan Desa Nusantara sebagai salah satu penerima Dana Nusantara pada tahun 2022. Mereka mempromosikan Sustainable Land Use Planning (SLUP) untuk membangun kemandirian pangan Desa Nusantara sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Saat ini, Desa Nusantara semakin berkembang akibat adanya program Dana Nusantara dan bimbingan WALHI Sumatera Selatan. 

Dana Nusantara untuk Masyarakat Lokal Indonesia

Komentar