Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Masyarakat Adat di Indonesia : Cerita, Definisi, dan Peran Penting


Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar istilah ‘masyarakat adat’? Mungkin terbesit di benak kita tentang kerajinan tangan yang cantik dari rotan, tenun warna-warni yang ciamik digunakan untuk fashion item, ataupun kelompok masyarakat dengan adat istiadat dan kearifan lokal yang luhur. Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia menghadirkan ragam masyarakat dengan adat istiadat, kultur, hingga kebiasaan yang berbeda-beda. Seringkali, kesempatan untuk mengenal lebih lanjut atau berbagi cerita dengan beragam figur dari suku dan adat istiadat berbeda adalah pengalaman berharga dan tak terlupa. 

Desa Penglipuran Bali dan Luhur Budayanya di Tengah Semarak Wisata



Desa Penglipuran yang terletak di Pulau Dewata sedang naik pamor sebagai tempat wisata. Kunjungan para influencer, seperti Jerome Polin dan Waseda Boys, dan status Desa Penglipuran sebagai salah satu desa terbersih di dunia membuat wisatawan tidak mau ketinggalan mengunjungi desa yang satu ini. Saya adalah salah satu wisatawan yang tak mau melewatkan pesona desa yang asri dan lekat dengan budaya Bali satu ini. 

Berbekal tiket sebesar Rp20.000,00, kita akan memperoleh udara sejuk khas Kabupaten Bangli, jajaran gapura megah dengan arsitektur khas Bali, serta tatanan desa yang rapi dan resik. Jalanan yang ditata rapi dengan bebatuan kecil memimpin langkah para turis untuk menjelajahi desa ini, sementara di sisi kanan dan kiri berdiri tembok batu berwarna gading kekuningan yang menyembunyikan rumah warga di dalamnya. 

Pak Putu Bagus, guide kami, menjelaskan bahwa Desa Penglipuran mendapat posisi dalam peringkat sepuluh desa terbersih di dunia. Hal tersebut disebabkan oleh budaya lokal Desa Penglipuran, yang sarat akan kearifan untuk menghargai alam serta rasa memiliki terhadap desa yang mereka tempati sekarang. Pantas saja, nihil sekali saya melihat sampah di wilayah Desa Penglipuran! Tatanan desa juga begitu rapi, dengan senyum ramah dari para warga yang saya temui saat membeli kudapan di warung atau anak-anak yang kadang lewat ditemani anjing Kintamani yang berbulu bersih. 


Masyarakat Adat di Indonesia Cerita Definisi dan Peran Penting

Desa Penglipuran, dengan wilayah desa, adat istiadat luhur, dan tradisi yang masih dijaga dengan baik, tergolong desa adat. Sebuah tempat bernama Karang Memadu, terletak dekat dengan pintu masuk desa, menceritakan kisah tentang keluhuran budaya tersebut. Desa Penglipuran memberlakukan peraturan untuk pernikahan, dimana seorang pria dilarang keras untuk memiliki istri lebih dari satu. Pria yang ketahuan tidak setia dengan pasangannya akan dikucilkan oleh seluruh desa, tidak boleh mengikuti upacara adat ataupun acara-acara biasa di desa. Pria yang melanggar aturan tersebut akan tinggal di sebuah kawasan bernama Karang Memadu, dimana ia hidup terpisah dari warga Desa Penglipuran yang lain. Oleh karena itu, Desa Penglipuran sangat memegang budi pekerti dan menjaga sikap sesuai dengan aturan adat dan leluhur. Nyaris tidak ada yang berani melanggar hukum adat Desa Penglipuran sebagai akibat dari konsekuensi yang diberikan.

Kunjungan satu setengah jam di Desa Penglipuran memberikan saya gambaran mengenai masyarakat adat yang memiliki nilai luhur dan mengasihi alam sekitar. Hal tersebut menjadi cerminan dari masyarakat adat di Indonesia, yang jumlahnya mungkin ribuan di luar sana mengingat keragaman suku bangsa Nusantara. 


Siapa itu Masyarakat Adat?

“Tidak ada definisi khusus tentang masyarakat adat, mereka boleh mendefinisikan jati diri mereka sendiri,” tutur Kak Mina Setra, Deputi IV Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) selaku pembicara EcoBlogger Squad Gathering pada Jumat, 12 Agustus 2022. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun belum mengajukan definisi masyarakat adat secara internasional, bahkan setelah ajang World Conference of Indigenous Peoples pada tahun 2014. Namun, secara umum, masyarakat adat memiliki ciri sebagai berikut :

  1. Memiliki Wilayah Adat

  1. Memberlakukan Hukum Adat

  2. Mempunyai Perangkat Adat

  3. Mengikat Hubungan Holistik dengan Alam dan Lingkungan


Cerita dari Masyarakat Adat : Seniman Sejati, Penjaga Bumi, dan Masih Banyak Lagi

Pada tahun 2018, saya berkesempatan untuk mengunjungi Desa Sade, Lombok. Desa ini termahsyur karena tenun dan pengalaman menenun. Saat menapaki jalan yang diapit jajaran rumah bambu di Desa Sade, mata saya langsung terpikat oleh warna-warni tenun khas Lombok. Kain dengan pola rumit dan warna cantik tersebut ditenun dengan terampil oleh para ibu-ibu di Desa Sade. Dengan tangan yang tekun dan pengetahuan bertahun-tahun, para ibu di Desa Sade berhasil membuat tenun yang sarat akan budaya dan bernilai tinggi secara ekonomi. Saya pun tidak mau ketinggalan membeli beberapa kain buatan para ibu-ibu Desa Sade.

Tenun karya masyarakat adat merupakan satu dari segudang bukti keterampilan dan kreativitas masyarkaat adat. Bayangkan saja, benang-benang tipis bisa disusun menjadi kain yang nyaman dipakai dan pola yang apik dipandang mata! Bagi saya yang menjahit saja sulit, hal tersebut sangatlah mengagumkan. Tenun dan kain tradisional, selain sebagai pakaian, merupakan lembar monolog, keluhuran budaya, sekaligus bukti berdayanya masyarakat adat. Contohnya saja, kain tenun khas Sumba memiliki segudang filosofi di dalamnya. Tenun tersebut dibuat oleh para perempuan dan diteruskan ke anak-anaknya untuk menjaga kelestarian budaya. Kerajinan lain, seperti anyaman atau kerajinan manik-manik, adalah buah tangan dari masyarakat adat yang patut diancungi jempol. Setiap masyarakat adat memiliki ciri khasnya sendiri dan bernilai seni tinggi. Misalnya saja, pola dekoratif Arit Linawa dari masyarakat Dayak Lundayeh, Kawuru Mahang dari Sumba, hingga batik Sidoasih dari Yogyakarta. Oleh karena itu, masyarakat adat layak dijuluki 'Seniman Sejati'. 

Selain karya seni, masyarakat adat juga memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan alam dan kehidupan sehari-hari. Nilai dan kearifan lokal tersebut berperan besar bagi kelestarian alam dan lingkungan. Salah satunya adalah tradisi 'Sasi' bagi masyarakat Papua dan Maluku. Tradisi Sasi merupakan hukum adat yang melarang pengambilan sejumlah sumber daya di laut dan menanam prinsip mengambil secukupnya agar ekosistem laut terjaga. Kearifan lokal masyarakat Dayak, Kalimantan, memandang alam sebagai rumah dan peninggalan leluhur yang sakral. Hutan diperlakukan secara hormat, sehingga kelestariannya terjaga dan berkelanjutan. 

Peran masyarakat adat sebagai penjaga lingkungan telah dikonsiderasi secara nasional maupun internasional. Tajuk-tajuk dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengikutsertakan masyarakat adat dalam usaha perlindungan lingkungan serta mitigasi perubahan iklim, 

Masyarakat Memegang Peran Penting - Iklim dan Lingkungan

Secara umum, masyarakat adat memiliki kedekatan spiritual dengan alam di sekitarnya. Sejumlah besar masyarakat adat menganggap hutan atau lingkungan sebagai peninggalan leluhur atau tempat yang sakral, sehingga harus dijaga dengan baik. Banyak tradisi dan kearifan lokal memiliki prinsip 'ambil secukupnya' dan menyertakan ritual atau upacara ucapan syukur setiap kali mereka akan mengambil bahan-bahan dari hutan, laut, atau bentang alam lainnya. 

Tantangan Masyarakat Adat di Indonesia


Menyenangkan dan bangga rasanya jika tahu Indonesia punya ratusan hingga ribuan suku, bangsa, dan etnis dengan budaya yang sangat beragam. Selain itu, adanya masyarakat adat yang masih melakukan tradisi leluhur dan memiliki kearifan lokal yang dekat dengan alam adalah sebuah berita yang sangat baik. Namun, tidak semua hal-hal baik tersebut benar-benar baik.

Masyarakat adat masih berjuang untuk memperoleh hak-hak dan kesetaraannya di Indonesia. Banyak sekali masalah yang masih ditemui masyarakat adat. Marginalisasi atau diskriminasi, pemberitaan yang salah atau miring di media, hingga perampasan daerah atau hutan adat. Selain itu, banyak suara masyarakat adat tidak didengarkan dalam ajang pengambilan keputusan. Hal ini membuat masyarakat adat mengalami kesulitan dan kerugian, bahkan di negara tempat mereka tinggal.

Saat ini, Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat masih terus diperjuangkan. Undang-undang tersebut dapat mengamankan hak-hak masyarakat adat, menjauhkan dari sengketa mengenai lahan dan wilayah, hingga pengakuan terhadap masyarakat hingga wilayah adat. Adanya undang-undang tersebut berpotensi melindungi masyarakat adat dan memastikan hak mereka akan tanah atau wilayah adat terjaga. 

Mendukung Masyarakat Adat, Mengasihi Sesama Manusia

Bangga nggak sih punya negara dengan beragam masyarakat, budaya, hingga tradisi? Nah, rasa bangga kita itu bisa kita salurkan menjadi rasa empati dan kepedulian, lho! Kita bisa mendukung masyarakat adat dengan berbagai cara. Mendukung masyarakat adat juga berarti mendukung Saudara sesama manusia dan tanah air, lho! Menyenangkan bukan bisa berbuat baik dan peduli terhadap sesama? 

Berikut adalah beberapa cara untuk menunjukkan dukungan terhadap masyarakat adat :

1. Membeli Produk Karya Masyarakat Adat

2. Memilih Fasilitas yang Disediakan oleh Masyarakat Adat

3. Menyuarakan Karya atau Cerita Masyarakat Adat melalui Berbagai Media

4. Mendukung Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Masyarakat Hukum Adat


 


Komentar