Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Biodiversitas dan Lahan Gambut Indonesia, Harta yang Patut Kita Jaga

biodiversitas-dan-lahan-gambut-indonesia

"Mau lihat kupu-kupu di rumahku?"
Hayoo.. Apakah kamu kenal dengan line iconic itu?
Kalau kamu penyuka drama Korea, line satu itu pastinya familiar. Yup, line itu diucapkan oleh si playboy ulung berwajah tampan bernama Jae Eon dari drama Nevertheless. Kalimat pamungkas itu berhasil menarik perhatian Yoo Na Bi, protagonis perempuan utama yang langsung baper berat sama si playboy ini. Duh, Jae Eon... Pelanggaran kamu!

Bayangkan Na Bi membalas Jae Eon dengan kalimat yang ada di cover. Wah, kalau kayak gitu, jalan cerita Nevertheless yang bikin gemas sekaligus ingin ngomel-ngomel nggak akan terjadi! Andai saja Na Bi tahu bahwa dia bisa melihat lebih banyak kupu-kupu di negeri kita pasti dia akan jatuh cinta dengan keberagaman kupu-kupu dan biodiversitas Indonesia daripada termakan mulut manis Jae Eon.

Lalu, apakah hubungan Na Bi, Jae Eon, kupu-kupu, dan biodiversitas? 
Pada tanggal 9 Agustus 2021 lalu, saya berkesempatan untuk bergabung dalam webinar 'Jaga Lahan Gambut, Jaga Satwa Liar Indonesia' yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network. Kali ini, kami kedatangan pembicara dari Pusat Studi Ilmu Komunikasi Lingkungan Universitas Padjajaran yaitu Dr. Herlina Agustin atau akrab disapa Bu Titin serta Iola Abas atau Kak Ola dari WRI Indonesia. Dua pembicara inspiratif ini mengangkat topik mengenai lahan gambut Indonesia dan perannya dalam menjaga biodiversitas. 


Dalam diskusi hari Jumat tersebut, Bu Titin dan Kak Ola membagikan informasi bahwa Indonesia memiliki spesies serangga yang sangat beragam. Ingat serangga, otak penonton drakor newbie saya langsung berlari ke ikon kupu-kupu di drama Nevertheless. Pencarian yang saya lakukan membuahkan hasil, dimana saya menemukan fakta bahwa Indonesia memiliki hampir 2.000 spesies kupu-kupu, sebanyak 200an spesies merupakan satwa endemik. Wow, kupu-kupu dan serangganya saja beragam, pasti satwa lain pun beragam!

Spesies kupu-kupu yang cantik dan beragam

Biodiversitas Indonesia, Tanggung Jawab Kita untuk Jaga

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah diceritakan mengenai beragamnya spesies flora dan fauna di Indonesia. Tajuk mengenai keanekaragaman hayati tidak akan pernah ada habisnya, selama keanekaragaman hayati tersebut masih bisa kita jaga dan lestarikan. Keanekaragaman hayati dan fakta bahwa Indonesia dianugerahi predikat 'negara megabiodiversitas' patut menjadi sesuatu yang kita banggakan dan pertahankan.

Indonesia menempati posisi ketiga untuk negara dengan biodiversitas terbesar di dunia, hanya kalah dengan Brazil dan Kongo. Tersusun dari 17.000 pulau, ragam habitat dan ekosistem, serta campuran flora-fauna dari benua Asia dan Australia, tidak mengherankan jika negeri kita memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam. Bahkan, 15% dari spesies flora dan fauna di seluruh dunia ada di Indonesia. 


biodiversitas-dan-lahan-gambut-indonesia

Keanekaragaman hayati di Indonesia tentunya membawa keuntungan yang besar bagi kita, lho! Mungkin keuntungan itu tidak kita sadari, namun ada di sekitar kita. Fakta bahwa kita memiliki banyak sekali kuliner, mulai dari makanan pokok berupa nasi sampai sorghum, kemudian ragam olahan makanan Nusantara yang berbumbu, adalah bukti dari adanya biodiversitas di sekitar kita. Belum lagi jika kita bicara dengan komoditas Indonesia yang bernilai tinggi seperti kopi, kakao, rempah-rempah, tembakau, dan masih banyak lagi. Keanekaragaman hayati Indonesia adalah kebanggaan kita!

Di sisi lain, tajuk mengenai ancaman bagi biodiversitas, kebakaran hutan, dan kerusakan lingkungan sudah ramai tersiar dimana-mana. 

Lahan Gambut, Datangkan Sejahtera untuk Iklim dan Masyarakat

Apa sih yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata gambut? Kalau saya pribadi, saya langsung membayangkan rawa-rawa dengan air berwarna gelap, tumbuhan rimbun, dan pohon-pohon dengan akar menggantung. Tinggal di kota dengan pengalaman jalan-jalan yang terbatas membuat saya melihat gambut hanya dari gambar. Panorama paling dekat dengan lahan gambut yang bisa saya lihat pun adanya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Yup, Hutan Mangrove PIK menjadi secuil lanskap alam di kota Jakarta yang bisa saya singgahi sekaligus menjadi sarana refleksi bahwa ekosistem mangrove / gambut penting bagi kelestarian lingkungan.

Dilansir dari pantaugambut.id , lahan gambut merupakan lahan basah yang terbentuk dari materi organik seperti sisa-sisa tumbuhan, rumput, pohon, dan jasad hewan yang membusuk. Lahan gambut terbentuk selama ribuan tahun hingga terbentuk lapisan yang tebal dan dapat ditumbuhi pepohonan. Gambut ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan sungai, maupun daerah pesisir.

Gambut bukan hanya lahan organik biasa lho, namun sebuah lahan yang menyimpan dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral atau hutan hujan tropis. Jika lahan gambut rusak atau terbakar, ratusan ton gas karbondioksida dapat dilepaskan ke udara dan menyebabkan pemanasan global terjadi makin parah. 

biodiversitas-dan-lahan-gambut-indonesia

Setelah mendengar fakta bahwa Indonesia jadi juara tiga untuk negara dengan biodiversitas terbesar di dunia, Indonesia juga 'nggak mau kalah' di bidang lahan gambut, lho! Indonesia menempati posisi keempat untuk negara dengan lahan gambut terluas di dunia, dengan luas mencapai 15-22,5 juta hektare. Namun, untuk peringkat lahan gambut tropis, Indonesia menempati posisi ketiga. Wow, dari hal-hal tersebut, kita tahu bahwa Indonesia memegang peran penting untuk perubahan iklim dan kelestarian biodiversitas di bumi ini!

Sayangnya, kabar lahan gambut dan hutan di Indonesia tidak baik-baik saja. Berbagai ancaman dan bahaya terpampang di depan lahan gambut Indonesia. Gudang karbon yang berfungsi memerangi ancaman krisis iklim tersebut harus bertemu dengan keserakahan manusia dan efek perubahan iklim. 

Biodiversitas dan Lahan Gambut Indonesia, Harta yang Patut Kita Jaga
Hilangnya lahan gambut di Indonesia patut dikhawatirkan, terutama dengan maraknya krisis iklim yang terjadi abad ini. Di Indonesia saja, selama 8 tahun terjadi penurunan luas lahan gambut sebesar 1,5 juta hektare. Hal tersebut diakibatkan oleh kebakaran dan peralihan fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian atau industri. 

Pada saat sharing, Kak Ola menyebut bahwa lahan gambut (wetlands) Indonesia sering kali dianggap lahan terbuang (wasteland). Dua kata yang hampir homofon ini menyimpan ironi yang getir, bahwa sesuatu yang penting bagi dunia, iklim, dan masa depan bangsa harus menghadapi krisis.
Lahan gambut hilang, bisa tebak apa yang terjadi? Yup, krisis iklim akibat emisi karbon di dunia bukannya membaik, malah semakin parah. Padahal, kita masih perlu bumi ini untuk keberlanjutan dan kesejahteraan anak cucu kita.



Selain sebagai penyimpan karbon dan pahlawan perubahan iklim, lahan gambut punya serentet fungsi lain untuk masyarakat, lho...
Oleh karena itu, ada kabar baik nih! Pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan lahan gambut sebagai bagian dari ekosistem yang harus dijaga. Hal ini terbukti dari adanya Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 2016 tentang Perlindungan Total pada Hutan Alam, Lahan Gambut, dan Daerah Pesisir serta Instruksi Presiden (Inpres) No.5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Kedua arahan tersebut bisa menjadi harapan untuk terlindunginya lahan gambut dan hutan di Indonesia. Bagaimana dengan eksekusinya? Yuk, kita juga ikut kawal dan berkontribusi untuk terlindunginya lahan gambut di Indonesia.


biodiversitas-dan-lahan-gambut-indonesia-harta-yang-patut-kita-jaga


Tak perlu jauh-jauh ke Kalimantan, Sumatera, atau daerah gambut lain untuk menunjukkan kontribusi kita dalam perlindungan gambut. Hanya dari rumah dan menggunakan sumber daya yang ada, kita juga bisa membantu pelestarian gambut, lho! Berikut adalah beberapa cara yang mudah dan murah untuk menunjukkan rasa cinta dan kontribusi kita pada lahan gambut dan biodiversitas Indonesia :
  1. Sebarkan kepedulian dan isu mengenai lahan gambut kepada orang-orang di sekitarmu. Caranya mudah, lho! Hanya bermodal handphone dan jari, kita bisa me-repost publikasi mengenai lahan gambut di sosial media pelestarian hutan dan gambut seperti @pantaugambut.id !
  2. Konsisten menyuarakan isu gambut. Yup, suara kita melalui sosial media, forum diskusi, dan sebagainya dapat menciptakan ripple effect sehingga orang lain ikut peka terhadap pentingnya lahan gambut. Nah, suara kolektif tersebut berpotensi banget untuk membuat isu gambut didengar dan ditindaklanjuti dengan serius!
  3. Mendorong komitmen pemegang kekuasaan agar serius dalam pengelolaan dan perlindungan gambut.
Nah, senang sekali bukan mendengar bahwa negeri kita punya lahan gambut, hutan, dan biodiversitas yang kaya raya? Memang deh, #IndonesiaBikinBangga ! Tapi di sisi lain, sedih juga bukan jika mendengar alam dan biodiversitas kita berada di ujung tanduk karena perubahan iklim dan tangan manusia? 
Makanya.. Yuk, kita jaga biodiversitas dan lahan gambut kita!

(Ps : Biar Na Bi juga akhirnya bisa main ke Indonesia untuk lihat kupu-kupu, bukan marah ke rumahnya Jae Eon dan kena jebakan playboy-nya )


Komentar