Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Gunung Papandayan : Ramah Pemula dan Lebih Cantik Daripada Doi Lu


Gunung Papandayan memenangkan hati para pendaki pemula. Gunung manjah, mungkin itu yang bisa disebut oleh mereka yang lebih sering kencan dengan jalur pendakian dibanding gebetan. Bagaimana tidak, di Papandayan kamu dapat menemukan kamar mandi dan penjaja makanan dengan mudah. Ditambah mitos bahwa trek Papandayan sangat mudah. 

Selamat pagi, semesta!

Mewujudkan keinginan terkubur beberapa kawan untuk naik gunung, saya dan salah satu teman pecinta alam, Annisa, mengatur rencana untuk berjumpa dengan Papandayan. Bayangkan, keinginan mendaki sudah hadir sejak Januari 2018. Wacana dikoarkan April 2018, yang harus tersingkirkan oleh nasib beberapa orang dari kami (termasuk saya HAHA) di tes masuk PTN. Dan akhirnya kami berangkat pada Januari 2019. 
Pesan moral yang dapat diambil : Jangan terlalu mudah memutuskan bahwa kau tidak mendapatnya sekarang berarti kau tidak akan dapat. Jangan langsung berpikir bahwa kau tidak kunjung mendapatkan berarti kau malang. Mungkin Tuhan dan semesta ingin mengajari cara bersabar, hingga akhirnya kamu bersukacita pada waktunya.


Tim kami terdiri dari 6 orang perempuan (nggak cuma perempuan, tapi juga tangguh dan tidak manja HAHA) yang telah menyewa porter. Saya dan Annisa yang sudah beberapa kali mendaki, ditambah Addin, Dhemon/Monic, Salma, dan Sekar yang masih pemula. Sempat ada sedikit ketakutan bahwa kita akan berangkat cewek semua, tapi dikalahkan oleh rindu pada ketinggian. Untung saja menyewa porter dan di-backup oleh pelatih pecinta alam saya. 

Kami berangkat dari Jakarta, Pool Primajasa Cililitan menggunakan bus Primajasa dengan tujuan Garut. Bus Primajasa berangkat setiap 30 menit dengan keberangkatan terakhir pukul 19.30. Perjalanan memakan waktu 5 jam kurang untuk sampai ke Garut, kalau tidak macet. Biaya yang dikeluarkan adalah Rp52.000,00



Bus Primajasa akan berhenti di Terminal Guntur. Biasanya disini akan banyak mobil 'angkot' yang menawarkan mengantar ke Perempatan Cisurupan, titik pertama menuju basecamp pertama Papandayan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk angkot adalah Rp25.000,00 dan jatuhnya charter. Bisa lebih murah kalau jumlah orang di timmu lebih banyak.

Abang nasgor

Rasanya seperti apa?
Seperti nasi goreng, bukan seperti rasa yang tepat di waktu
yang salah

Ketika berhenti di Perempatan Cisurupan, sempatkan diri makan nasi goreng legendaris Papandayan. Biasanya buka sampai dini hari. Harga sepiring Rp8.000 untuk setengah porsi dan Rp10.000 untuk satu porsi. Murah kan?

Dari Perempatan Cisurupan, para pendaki bisa memilih beberapa alternatif transportasi ke Camp David. Mobil pickup, mobil kijang biasa, atau ojek. Mobil pickup disewakan untuk rombongan diatas 10 orang, dengan biaya Rp 300.000,00 - Rp450.000,00. Ojek biasa ada saat hari masih siang dengan tarif Rp50.000,00. Sedangkan kami dijemput dengan mobil Avanza , memakan biaya Rp40.000,00 per orang. Informasi dari Pak Omik, 'staff' Papandayan, jika kamu datang sore hari, kamu bisa mendapat harga jauh lebih mahal. 

Kami juga bertemu dengan Kang Adi, porter super yang membuat pendakian kami aman total. Untuk porter, kamu harus mengeluarkan biaya sebesar Rp400.000,00. Kalau kamu berangkat cewek semua dan banyak pemula, disarankan pakai sih!

Menjadi gunung komersil, Papandayan butuh ini agar pengunjung
sadar bahwa alam sepantasnya dicintai

Sebuah contoh pemakaian fasilitas

Wajah Papandayan begitu berbeda dengan ketika saya berkunjung tiga tahun lalu. Papandayan kini dikelola oleh pihak swasta. Harga naik, fasilitas juga makin mengagumkan. Sepanjang perjalanan menuju Camp David, dapat dilihat papan penanda villa, tempat wisata berupa kebun atau rumah pohon, dan lain-lain. Ada sejumlah doku yang harus dikeluarkan di pintu gerbang, yakni Rp55.000,00. Jumlah tersebut terdiri atas Rp20.000,00 untuk wisatawan dalam negeri dan Rp35.000,00 untuk camp. 
Jika sampai di Camp David malam atau dini hari, menumpanglah istirahat di warung yang masih buka. Yang penting sopan dan coba balas budi dengan membeli minuman hangat atau kudapan. 


Matahari terbit dan semesta berbinar. Camp David jauh lebih rapi dan cantik dibanding tiga tahun lalu. Toilet besar dan bersih, warung tertata rapi disana-sini, ditambahkan ornamen berupa kursi kayu, dan terdapat gardu pandang. Kami menyempatkan diri melihat kecantikan Papandayan dan sunrise dari gardu pandang tersebut. 

PERJALANAN DIMULAI!
Camp David - Pos 7 Kawah (30 menit - 1 jam)


Contoh pemakaian fasilitas, lagi. 

Pendakian masih sangat mudah dan santai. Kamu disambut dengan jalanan beraspal yang terus naik. Di kanan kiri jalan, rumpun cantigi tumbuh subur. Di kanan jalan, kamu akan menemukan belokan yang akan mengantar ke air terjun dan spot selfie. Jalur akan berubah menjadi tangga yang tersusun dari semen dan batuan vulkanik. Disini, carrier mulai terasa berat dan napas mulai terengah. Ada dua shelter yang bisa dipakai untuk istirahat. Shelter bawah ada toiletnya, shelter atas dekat dengan 
kawah.


Terus berjalan menyusuri jalan berbatu dan berpasir, sampai akhirnya sampai ke kumpulan warung dan pos. Kalian bisa menyaksikan asap membumbung dari kawah-kawah Papandayan.

Pos 7 Kawah - Ghober Hoet (1 jam-2 jam)


Pemandangan yang disajikan dalam jalur ini lebih cantik daripada mantan kalian. Tebing yang ditumbuhi semak-semak, jurang yang memamerkan hutan dan gunung, serta bukit-bukit hijau. Pasti kalian akan tergoda untuk berfoto sejenak di jalur ini. Selanjutnya, kalian akan melewati sungai kecil dengan bantuan jembatan kayu yang kokoh. Berjalan terus mengikuti jalur hingga akhirnya turun sedikit menuju hutan dengan pohon-pohon pendek. Hutan ini juga wajib diabadikan oleh kamera.

Bikin pengen nyanyi, "Semesta mengirim dirimu untukku."

Enchanted Forest dan manusia yang sedang mengabadikan diri 

Pemandangan yang kami saksikan di Tanjakan Setan tapi gasetan-setan bgt

Setelah melewati hutan, kamu akan diperhadapkan dengan dua pilihan : Jalur Motor dan Jalur Pendakian. Tentu saja kami memilih jalur pendakian. 
SARAN : PILIH JALUR MOTOR, PLIS! Karena ketika melewati jalur pendakian, kami harus semi-wall climbing dan itu melelahkan. Sampai pada mulai mengeluh bahwa Papandayan bukan untuk pendaki pemula. Setelah melewati Tanjakan-Setan-Untuk-Pemula itu, kami sampai ke jalur yang di sebelah kanannya jurang. Jalan sekitar 15 menit, akhirnya kamu sampai di Ghober Hoet, tempat camp pertama.

Di Ghober Hoet, terdapat warung, toilet, pusat konservasi, dan masjid yang bersih. Namun tempat untuk mendirikan tenda tidak seluas Pondok Saladah. Kami mendirikan tenda disini karena kata para porter di Pondok Saladah sedang banyak ulat bulu. 

Ghober Hoet-Pondok Saladah (15-45 menit)\

Jalur menuju Pondok Saladah berupa hutan dengan tanah humus yang akan licin setelah hujan. Jalur tidak terlalu sulit dan jauh dari kata curam. Ada jalur yang dapat dilewati motor.
Namun tantangan kami saat menuju Pondok Saladah adalah : ULAT BULU. 
Masalahnya, ulat bulunya bukan di tanah, tetapi turun seperti rappelling ke depan wajahmu. 
Reaksi Dysek : sok-sok tegar, milih jalur
Reaksi yang lain : teriak-teriak, berpelukan
Dan akhirnya kami melewati hutan ulat bulu itu dengan selamat atas izin Yang Kuasa dan bantuan ponco Dysek.

sepi pengunjung

Pondok Saladah adalah padang rumput luas yang ditumbuhi beberapa edelweiss. Ada masjid, toilet, dan warung juga namun tidak sebanyak di Ghober Hoet.

Pondok Saladah - Hutan Mati (15-30 menit)

Berkenalan dengan si cantik.

Hutan Mati dan Tegal Alun adalah spot idaman para pendaki yang berkunjung ke Papandayan. Maka dari itu, meski hari sudah sore dan mendung, kami tetap akan mendaki ke sana. 
Namun jika ingin mengunjungi Tegal Alun, kalian disarankan untuk didampingi oleh guide karena jalur yang sulit dan Tegal Alun merupakan wilayah konservasi. Jadi kami ditemani oleh seorang bapak baik hati dan anaknya yang masih kecil untuk pergi ke Tegal Alun.




Jalur dari Pondok Saladah ke Hutan Mati cukup sulit. Tanah yang kami injak adalah tanah vulkanik yang cukup licin dan lembap. Belum lagi kontur jalur beragam dan banyak tanjakan. Namun, Hutan Mati yang berkabut sangat indah dipandang. Ada kesan misterius dan tenang disana. Kami tidak berlama-lama di Hutan Mati karena hari sudah sore.

Hutan Mati-Tegal Alun (45 menit)

Mendung

Jalur semakin susah. Tanjakan suram dominan dalam pendakian ini. Jurang di belakang, sementara jalur semakin menukik. Terkadang batang dan akar pohon menjadi rintangan untuk jalan. Setelah mendaki lama dan lelah, jalur berubah menjadi hutan dengan pohon-pohon pendek. Melewati hutan tersebut, terhamparlah padang bunga edelweiss yang sangat luas.

Semesta bercanda, menurunkan hujan saat kami muncak. Kami tertawakan saja

Tegal Alun merupakan padang bunga edelweiss (Anaphalis javanica) terluas di Asia Tenggara. Sayangnya, ketika kami datang banyak edelweiss yang mati dan turun hujan lebat. Tak sampai 30 menit di padang bunga cantik itu, kami harus segera turun dikawani hujan rintik.

Tegal Alun - Ghober Hoet
Waktu tempuh jauh lebih singkat dibanding naik, hanya butuh waktu satu jam.
Setelah itu, kami langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bersih-bersih, ada yang sholat, ada yang tidur. 
Saya sendiri? Nggak mau kehilangan kesempatan untuk melihat sang semesta dari camp kami.

Catatan penting : Gunung Papandayan itu rumahnya BABI HUTAN. Jadi, pastikan jangan ada bekas makanan terbuka dalam tenda. Harus digantung di atas pohon. Babi hutan juga tidak suka akan aroma terasi, jadi bisa dituangkan air terasi di sekeliling tenda.

Kami turun keesokan paginya pukul 06.00 pagi. Setelah sebelumnya bangun pukul 03.00. 
Saya sarankan, kalahkan dingin dan langsung keluar dari tenda karena LANGIT BERTABUR BINTANG BAGUSNYA KURANG AJAR. Dan kamu bisa melihat sekelebat milky way di langit Papandayan yang bersih. 

Sebuah usaha fana mengabadikan karya Sang Pencipta




Turun dari Papandayan, kami sudah dijemput oleh Avanza yang kemarin mengantar kami ke Camp David. Kami langsung dibawa menuju Pool Primajasa Garut untuk pulang ke Jakarta. Cukup mengeluarkan kocek Rp70.000,00 kami tiba di pool dengan selamat. 
Dengan pengalaman bergulat dengan ulat, babi hutan, juga kecantikan Papandayan yang jauh melebihi doi lu. 

Cantigi, rumpun yang daunnya (warna pink) bisa jadi makanan
untuk survival. Rasanya seperti jambu air namun lebih sepat.

RINCIAN BIAYA
Bus Primajasa Jakarta-Garut @Rp52.000,00 x 2 = Rp104.000,00
Angkot ke Perempatan Cisurupan @Rp25.000,00
Mobil ke Camp David @Rp40.000,00
Tiket masuk (Wisatawan dalam negeri + Camping) @Rp55.000,00
Porter @400.000,00 = Rp50.000/orang
Guide ke Tegal Alun @Rp120.000,00 = Rp20.000,00/orang
Mobil sampai Pool Primajasa = Rp70.000,00/orang (hasil kesepakatan)
TOTAL = Rp365.000 (amannya bawa Rp400.000,00)
Selamat Menabung :)




Komentar