Ekowisata di Indonesia: 10 Destinasi untuk Kamu yang Cinta Lingkungan

Untuk Kamu yang Ingin Naik Rinjani : Jangan! (Part 2 : Segara Anak - Jalur Senaru)



(Dokumentasi dalam post ini banyak disponsori oleh Om dan Tante yang ikut mendaki, karena saya kebanyakan jatuh juga berusaha melangkah dengan baik dan benar. Jadi tidak sempat foto-foto. Terimakasih, Om dan Tante!)

            Untuk mendaki Rinjani, kita bisa melewati dua jalur umum, yaitu Jalur Sembalun dan Jalur Senaru. Ada satu lagi bernama Torean, namun jarang digunakan dan sepertinya belum resmi. Biasanya, pendaki akan memilih untuk naik melalui Sembalun dan turun melalui Senaru.
            Jalur Sembalun sudah saya bahas di post sebelumnya. Trek didominasi oleh tanjakan tanah, bukit-bukit, dan savana. Terik matahari bebas menggigit kulitmu di trek ini. Sedangkan Senaru diwarnai oleh hutan-hutan konifer, trek berbatu, dan undakan yang membuat kita menggeleng-geleng kepala. Siap-siap untuk bertemu dinding-dinding batu yang meminta tangan dan kaki untuk bekerja.

Batu kayak palalu

Danau Segara Anak merupakan spot yang tidak boleh dilewatkan bila mengunjungi Gunung Rinjani. Danau berwarna biru brilian ini sudah menggoda untuk disinggahi sejak kita berkemah di Plawangan Sembalun. Segara Anak juga menjadi latar belakang foto para pendaki memegang plang ‘Puncak Rinjani’ yang biasa kita temui di Instagram. Kita diperbolehkan memancing di danau yang masih asri tersebut, berbeda dengan Ranu Kumbolo di Gunung Semeru. Dan pastinya, berfoto dengan latar belakang Segara Anak yang berkabut adalah sebuah keharusan.

Such an Instagram-worth view!

Perjalanan ke Danau Segara Anak dari Plawangan Sembalun membutuhkan waktu dua sampai empat jam, tergantung kecepatan berjalan masing-masing. Kita terus berjalan turun sampai akhirnya menemukan papan penunjuk dan belokan menuju Segara Anak. Dari situ, kita sudah disuguhi pemandangan birunya Segara Anak yang diapit oleh bukit-bukit hijau. Trek akan menurun dan berdebu. Sepatu kita akan menerbangkan debu kemana-mana, sehingga pastikan mengenakan masker maupun buff. Semakin kita turun, kita akan menemukan banyak batu-batu besar. Pastikan berhati-hati disana. Batu-batu besar dengan jarak yang lebar-lebar itu cukup banyak. Sampai kita sudah agak turun, baru trek kembali normal dan sedikit menanjak. 

Let's do this!

Trek berbatu menuju Segara Anak

Tiga setengah jam kemudian, saya sampai ke Danau Segara Anak. Kebetulan Segara Anak sedang dilingkupi kabut, sehingga terlihat cantik dan misterius. Ikan-ikan kecil berwarna merah dan jingga bahkan dapat kita lihat di bagian danau yang dangkal. Ketika tiba di Segara Anak, kita langsung disambut oleh bangunan shelter dan kamar mandi. Segara Anak memang salah satu camp site dalam pendakian Rinjani.

Jadi pengen nyebur
Salah satu yang harus dicoba ketika sampai Segara Anak adalah mandi air panas. Ada kolam air panas disana, dapat ditempuh sekitar 10 menit dari Danau Segara Anak. Namun keinginan untuk mandi harus ditebus dengan kegiatan panjat asyik. Untuk mencapai hot spring, kita harus memanjat batu-batu besar, kemudian menuruninya dan berharap kita punya kaki sekuat kambing gunung. Pendakian Rinjani memang indah, tapi serbasusah. Mau mandi saja kita dipersulit.

Selamat bersih-bersih!

            Lelah seakan hilang ketika masuk ke kolam yang bau belerang. Air panas (atau hangat?) memijat otot yang tegang setelah lama berjalan. Uniknya, di hot spring ini kita bisa menemukan tiga jenis air dalam satu kolam. Misalnya di bagian belakang adalah air yang panas, depan sedikit hangat, dan di sisi-sisi kolam adalah air dingin. Luar biasa nyamannya! Udara masih dingin menggigit, namun air panas memeranginya. Saya kagum dengan para bule yang bisa mengenakan bikini di udara seperti itu dan berendam dengan santai. Mereka juga memilih bagian yang super panas dan membiarkan kulit mereka memerah. Bravo!

Mau mandi aja repot
            Biasanya Segara Anak dijadikan tempat menginap sebelum lanjut ke Jalur Senaru. Namun rombongan kami berbeda. Karena puncak telah menghajar semua energi yang ada di tubuh kami, akhirnya kami memutuskan untuk melewatkan Segara Anak dan menginap semalam lagi di Plawangan Sembalun. Selesai mandi air panas dan makan siang, kami berangkat ke Jalur Senaru pukul 15.00. Tanpa ada bayangan tentang kejamnya trek Senaru. 

Pretty Rinjani, as seen from Batu Ceper
Perjalanan dimulai dengan menyusuri Danau Segara Anak. Melewati batu-batu besar yang cukup tajam. Selama kita berjalan kita akan disuguhi pemandangan danau yang bening dan dapat melihat ikan-ikan besar di dalamnya. Kita juga sempat melihat seekor monyet menyambar ikan dari danau. Setelah menyusuri Danau Segara Anak, kami mulai memasuki hutan konifer.

Bahasa novel : Tanpa kita sadari, papan penunjuk jalan ini
telah tersenyum jahat, mengharapkan wajah lelah dan kaki kita
yang ingin mati.

Betis kita akan berhadapan dengan tanjakan dengan kemiringan hampir 450. Untung saja trek ini berupa tanah humus dan akar-akar pohon, berbeda dengan trek berpasir di puncak yang bikin nangis. Tetap saja, tanjakan-tanjakan ini membuat kaki menjerit dan napas jadi pendek-pendek. Namun jika kita lelah dan memutuskan untuk menoleh ke belakang, kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa. Puncak Rinjani dengan bukit-bukit yang mengawalnya, dilengkapi oleh awan-awan tipis yang menaungi Danau Segara Anak. Kece abis!


(insert fall in love emoticon here)

Setelah mendaki cukup lama, akhirnya kita sampai ke Pos Batu Ceper. Dari pos ini, kita dapat melihat batu-batu besar yang nantinya akan mengantarkan kita ke Plawangan Senaru. Setelah beristirahat sebentar, akhirnya kita siap bertemu dengan adrenalin.

            Untuk orang yang pertama kali akan naik gunung, JANGAN PILIH RINJANI! Jika temanmu mengajakmu naik Rinjani tanpa wanti-wanti untuk latihan fisik dan memiliki alat-alat yang bagus, dia bukan teman yang baik. Jika gebetanmu ngajak naik Rinjani, tinggalin. Melalui trek Batu Ceper-Plawangan Senaru ini, saya tahu bahwa Rinjani bukan gunung ‘main-main’. Kita diharuskan melewati trek berbatu yang sangat panjang dan nampaknya tidak selesai. Ditambah dengan acara panjat tebing dadakan dengan carrier di punggung. Di sebelah kananmu adalah dinding batu, sebelah kirimu jurang. Meleng sedikit bahaya. Ada banyak tanjakan sempit dimana kita diharuskan untuk memanjat menggunakan tangan juga. 

@pendakicantik

Hari sudah gelap dan kami belum sampai ke Plawangan Senaru. Saat itu, kami bertemu dengan dua tebing berbatu yang dilengkapi dengan besi pegangan dan rantai yang terlihat rapuh. Ngeri juga melihat dua jalur itu sampai kita bingung harus lewat mana. Saat itu hari sudah malam dan jalur sangat sepi, bahkan nampaknya hanya kita saja yang sedang lewat. Tiba-tiba, seorang porter datang dan akan memanjat juga. Ia hanya membawa satu tamu yang saat itu masih jauh di belakang kami. Si Mas Porter akhirnya menunjukkan kami cara memanjat dengan aman. Puji syukur! Di trek berbahaya seperti itu, kami diberikan jalan dan keselamatan untuk melaluinya.


            Dari Plawangan Senaru ke Pos 3, kita akan melewati turunan berkerikil dan berpasir. Kaki akan merosot lambat-lambat di jalanan berpasir ini. Rasanya jauhhh sekali dan tidak berhenti-berhenti. Jalur sangat sepi, hanya kami yang melewati. Kadang kami harus berhenti untuk memilih jalur mana yang paling tepat untuk dilewati. Saya tidak bisa menulis banyak tentang jalur ini karena saya sudah babak belur dihajar trek Rinjani. Latihan fisik dan mental yang kuat itu sangat penting, kawan!

Shelter Pos 3, siang hari

            Di Pos 3 memang tersedia air, namun ternyata berupa air tampungan hujan tiga bulan lalu. Air tersebut berwarna kehijauan dan berbau seperti dedaunan. Bahkan setelah direbus pun rasanya masih aneh. Sedikit membaik saat dicampur dengan jahe instan atau Pocari Sweat. Kami dalam keadaan sangat butuh air langsung memutar otak. Pak Beni porter kami berusaha untuk menghubungi temannya di Desa Senaru untuk mengirimkan air bersih dari sana. Harga dipatok sangat tinggi, namun sepertinya ayah saya dan teman-temannya tidak masalah. Namun, tetap saja kami tidak berhasil mendapat air mineral botolan. Hutan Senaru dikenal angker dan dilarang bagi para pendaki untuk melakukan pendakian malam, boleh kalau mau diganggu oleh penunggunya. Bahkan porter sekali pun tidak berani untuk melewati hutan tersebut bila matahari sudah tenggelam. 


Keesokan paginya, kami berangkat pukul 9 dari Pos 3 Senaru untuk turun. Trek setelah ini berupa jalan dengan tanah yang padat dan akar-akar pohon. Kami melewati Hutan Senaru.
            Gunung Rinjani adalah gunung dengan trek yang komplit.
Berpasir? Banyak! Tanjakan tanah? Ada! Batu segede gaban? Check! Savana? Siap! Hutan? Pasti dong..!
Trek hutan adalah salah satu yang mendingan dibandingkan dengan trek lain, menurut saya. Karena tanahnya cenderung padat sehingga terasa aman untuk dipijak. Akar-akar pohon kadang membuat tangga alami di tanjakan yang tinggi sehingga memudahkan kita untuk melangkah. Udara di hutan pun terasa lebih menyegarkan dan dingin. Setelah megap-megap berkawan dengan debu, akhirnya dapat udara bersih juga. Selain itu, tidak perlu berlapis-lapis sunblock karena kanopi dari hutan akan melindungi kita dari sinar matahari.



Jalan hutan nan indah

 Hutan Senaru dikenal dengan keangkerannya. Bahkan seperti yang sudah saya bahas tadi, porter pun tidak berani melewati hutan ini malam-malam. Saya sendiri tidak merasakan apa-apa, namun dua teman saya ‘merasakan’ sesuatu. Dua cowok ini berjalan duluan di depan. Berbaris depan-belakang. Seharusnya hanya terdengar dua pasang langkah kaki dari hasil gerak mereka. Namun salah satu dari mereka mendengar tiga langkah kaki. Nggak tahu itu beneran atau hanya fatamorgana telinga. 

Kami tiba di Pos 1 pukul 14.00, lalu istirahat dan mengudap makan siang. Kami melanjutkan berjalan lagi pukul 15.30. Tidak sampai setengah jam, akhirnya kami sampai ke pintu gerbang Pos Senaru. KAMI AKHIRNYA SAMPAI! PERJALANAN INI BERAKHIR! 

Betapa bahagianya

Layaknya tanda titik dari sebuah cerita (ps : maaf gaada foto yang sepi :( )

Jika terlalu lelah dan ingin beristirahat sejenak di Senaru sebelum lanjut ke Mataram ataupun Gili, banyak guesthouse murah dan bagus di Senaru. Kami menginap di Rudi Trekker. Harga semalam Rp350.000,00 dengan fasilitas bak hotel, jaringan WiFi, dan makan pagi yang lezat.
            Untuk kamu yang ingin naik Rinjani : BOLEH! Asalkan memiliki persiapan fisik yang baik, sudah pernah mendaki gunung, dan pastikan peralatan juga siap. Gunung Rinjani adalah gunung yang indah dan tempat yang tepat untuk menghasilkan pengalaman yang tak terlupakan






Komentar

  1. Setuju banget.... Rinjani sebaiknya tidak untuk pendaki pemula

    BalasHapus

Posting Komentar